Pada
abad-7 M, pemerintah Bani Umayyah melakukan ekspansi ke wilayah Spanyol melalui
Afrika Utara. Dalam proses penaklukan wilayah-wilayah di Spanyol, terdapat 3
(tiga) pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan
pasukan-pasukan dalam penaklukan tersebut. Salah satu dari Pahlawan Islam dalam
penaklukan wilayah Spanyol tersebut adalah Thariq Bin Ziyad.[1] Thariq Bin Ziyad adalah
seorang pemeluk Islam yang tangguh dari Afrika yang lahir pada 50 H (670 M).
Thariq Bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata dibandingkan dengan penakluk
lain.
Pada 711 M, Musa Ibn Nushair
mengirimkan pasukan menuju Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq
Bin Ziyad.[2] Pasukan kemudian
menyeberangi selat di bawah Pimpinan Thariq Bin Ziyad. Sebuah gunung tempat
pertama kali Thariq Bin Ziyad dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya
daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Thariq
dengan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting di Spanyol seperti
Cordova, Granada, dan Toledo.[3]
Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai Panglima Perang, Thariq Bin Ziyad memiliki beberapa strategi dalam
penaklukan Spanyol. Strategi-strategi yang ia lakukan terbukti efektif dengan
banyaknya Kota yang jatuh ke tangan pasukan Islam. Berdasarkan Teori Kekuasaan
Negara Ibnu Khaldun, salah satu faktor dalam keberhasilan merebut kekuasaan
negara, yaitu adanya solidaritas diantara kelompok dalam sebuah kabilah. Solidaritas
memiliki peranan penting dalam merebut kekuasaan negara. Pada kelompok
solidaritas, keberanian dan kekuatan dalam bertahan serta didukung oleh rasa
kasih saying setiap anggotanya menjadikan kelompok ini rela mati dalam berjuang
untuk merebut kekuasaan.[4] Sedangkan faktor kedua
ialah Uang.
Thariq Bin Ziyad melakukan
strategi tersebut, yaitu membesarkan hati serta memberi motivasi kepada
pasukannya agar seraya turut bersatu melawan ‘pembangkang’ negeri. Dalam
penggalan khutbahnya, Traiq Bin Ziyad Mengatakan, “… dan ketahuilah bahwa aku
orang yang pertama melaksanakannya, dan aku di medan perang nanti, kubawa
diriku pada pembangkang di negeri ini. Insyaallah aku akan memeranginya, maka
ikutlah bersamaku”. Adapun tujuan Thariq mengucapkan khutbah di atas menurut
saya sebagai penyemangat kepada pasukannya agar senantiasa bersabar dan tak
putus harapan walau sepahit apapun yang mereka alami pada perang ini.
Selain itu, ketika hendak
merebut wilayah sekitar Kota Lugo, Thariq memiliki rencana. Dia membagi
pasukannya menjadi dua. Pasukan pertama ditempatkan di dataran tinggi yang
terletak di sebelah selatan lereng-lereng sekitar telaga. Pembentukkan pasukan
ini bertujuan untuk melindungi Thariq dan pasukannya jika terjadi serangan dari
Roderik dan tentaranya. Pasukan kedua diletakkan di dekat pantai Traducta
Julia.[5] Tujuannya yaitu sebagai
garis pertahanan yang melindungi pasukan pertama. Pasukan kedua dipimpin oleh
Tarif. Pada akhirnya peperangan dimenangkan oleh pasukan Arab-Berber yang
dipimpin Thariq dan Tarif. Kemenangan ini juga yang melancarkan ekspansi ke
wilayah lain.
*footnote ditiadakan demi menghindari plagiarisme*
0 comments:
Posting Komentar