Pendahuluan
Sejak awal abad ke-21, terjadi pergeseran bentuk integrasi kawasan (regionalisme) di Amerika Latin yang ditandai nasionalisme yang kuat dan dikecualikannya negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Hal ini dapat dibaca sebagai bentuk kekecewaan sebagian negara di kawasan terhadap model Pan-America, khususnya model ekonomi liberal, yang diusung oleh Amerika Serikat. Tentunya, tidak semua negara di kawasan berseberangan secara ideologis dan prinsip ekonomi dengan AS.[1]
Di bidang ekonomi, ideologi neo-liberal perdagangan bebas yang diusung oleh AS mulai diterima oleh Amerika Latin sejak akhir 1980an. Secara nasional, negara-negara di Amerika Latin mulai menerapkan kebijakan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip “Washington Consensus” (rangkaian kebijakan ekonomi yang dimotori oleh IMF, Bank Dunia dan Bank Federal AS). Blok Perdagangan yang memfokuskan pada liberalisasi ekonomi mulai bermunculan pada era 1990an. Namun, pada akhir abad-20, negara-negara Amerika Latin berbalik tidak percaya terhadap liberalisme yang menimbulkan dampak buruh bagi perekonomian bangsa. Sehingga, negara-negara Amerika Latin memutuskan untuk berubah haluan membentuk organisasi-organisasi regional guna menandingi keberadaan organisasi regioanal yang dibentuk negara Amerika Utara (salah satunya FTAA).
Sebagai alternatif, ALBA menawarkan paradigma integrasi kawasan yang tidak berorientasi kepada pasar, tapi lebih kepada solidaritas, kerjasama saling melengkapi dan kesetaraan social, dengan kata lain ALBA cenderung menolak neoliberalisme. Sedangkan, Aliansi Pasifik (Pacific Alliance) masih menganggap bahwa nilai-nilai neoliberalisme masih relevan dan dianggap masih sebagai instrumen penting dalam memberantas kemiskinan. Begitu juga dengan Komunitas Andean yang memiliki kesamaan dalam pembentukkannya, yaitu merasa bahwa kehadiran neoliberalisme tidak sejalan atau cenderung membatasi kegiatan kawasan.
Kawasan Amerika Latin bida dikatakan merupakan kawasan yang mempunyai banyak kerjasama regional, dan yang paling banyak yaitu kerjasama ekonomi regional. Banyaknya kerjasama tersebut antara lain NAFTA, MERCOSUR, DR-CAFTA, CARICOM, CARIFTA, CACM, ALBA, Pacific Alliance, dan Andean Community. Hubungan internal kawasan Amerika Latin yang kami bahas di sini yaitu ALBA, Pacific Alliance, dan Andean Community.
Dalam makalah ini akan dibahas hubungan internal kawasan Amerika Latin dalam aspek ekonomi yang tergabung dalam organsiasi regional dikenal dengan ALBA, Aliansi Pasifik (Pacific Alliance), dan Komunitas Andean (The Andean Community). Pemakalah dalam hal ini menganalisis keterkaitan hubungan dengan menggunakan konsep regionalisme dan konsep integrasi, dua konsep ini dirasa mampu menjelaskan situasi kondisi yang ada.
Kerangka Pemikiran
Pemakalah akan menggunakan dua konsep dalam menganalisa penelitian ini, yaitu melalui konsep regionalisme dan konsep integrasi. Pemakalah melihat bahwa kedua konsep ini mampu melihat lebih dalam bagaimana hubungan internal kawasan amerika latin: ALBA, Pacific Alliance, dan Andean Community.
a. Konsep Regionalisme
Regionalisme merupakan perkembangan integrasi sosial dalam sebuah wilayah yang kerapkali tidak secara langsung dalam interaksi sosial dan ekonomi. Regionalisasi tidak berdasarkan kebijakan yang secara sadar dibuat oleh negara maupun bukan sekumpulan negara dan pola regionalisasi tidak harus berdasarkan batas negara. Sedangkan kesadaran regional dan identitas menekankan pada sense of belonging atau rasa memiliki antar entitas-entitas yang terlibat di dalamnya.[2]
Regionalisme dianggap penting karena merupakan wadah paling tepat dan paling mungkin untuk menerima perubahan dan mengintensifkan resistensi dari tekanan kompetisi kapitalisme global. Menurut perspektif realis, ketidaksetaraan kekuatan (unequal power) dapat menciptakan logika yang tidak mendukung pasar kapitalis, oleh karena itu regionalisme digunakan untuk menciptakan kesetaraan kekuasaan. Sedangkan perspektif kontra-realisme menyatakan bahwa regionalisme merupakan sarana untuk memahami kondisi sosial-ekonomi yang berubah yang akan mengubah karakter, lingkup, dan arena kompetisi kekuasaan.[3]
Bagi negara yang cenderung berada dalam posisi lemah dalam organisasi regional, Hurrell menjelaskan fungsi regionalisme adalah sebagai institusi pembentuk peraturan dan prosedur. Selain itu, institusi tersebut juga membuka “voice opportunities” atau kesempatan dan hak yang sama dalam berpendapat, membuka peluang membentuk koalisi yang lebih kuat, dan membuka wadah politis untuk membangun koalisi baru. Sedangkan bagi negara yang relatif kuat, regionalisme berfungsi sebagai tempat untuk menjalankan strategi, tempat untuk mewadahi hegemoni, dan tempat untuk melegitimasi power. Konsep regionalisme bisa dibedah dalam lima kategori.[4]
Pertama, regionalisasi. Regionalisasi adalah pertumbuhan integrasi sosial di dalam suatu kawasan dan proses interaksi sosial dan ekonomi secara tidak langsung. Ada yang menyebutnya sebagai proses ekonomi yang berdampak kepada adanya ketergantungan di antara negara-negara dalam suatu kawasan yang “given”. Pemikir lama mengatakannya sebagai integrasi informal sedangkan pemikir kontemporer mengatakannya sebagai “soft regionalism”. Kata kunci dari regionalisasi adalah migrasi, pasar, jaringan sosial. Ketiga hal tersebut dapat meningkatkan interaksi yang mengikat negara-negara dan membentuk kawasan baru yang lintas batas.
Kedua, Identitas dan kekhawatiran regional. Emmanuel Adler memberikan sebuah istilah “wewqqaacognitive regions”. Menurutnya, kawasan itu seperti bangsa, merupakan komunitas yang diimajinasikan yang mempunyai wilayah tertentu dan mengabaikan yang lain. Jadi, ada persepsi tentang kepemilikan bersama terhadap sebuah komunitas berdasarkan faktor internal yaitu kesamaan budaya, sejarah, atau tradisi relijius dan faktor eksternal karena menganggap ada ancaman keamanan yang sama atau budaya dari luar kawasan.[5]
Ketiga, kerjasama antarnegara dalam satu kawasan. Aktivitas regionalisme antara lain mencakup negosiasi dan konstruksi kerjasama antarnegara atau antarpemerintahan atau rezim. Regionalisme bisa dijadikan sebagai cara merespon tantangan eksternal, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan nilai-nilai bersama, dan menyelesaikan masalah bersama.
Keempat, Integrasi regional yang dipromosikan oleh Negara. Peter Smith memberikan beberapa dimensi untuk menggambarkan integrasi regional ekonomi, yaitu scope (isu), depth (harmonisasi kebijakan), institusionalisasi, dan sentralisasi (otoritas efektif). Pada awalnya, integrasi berkonsentrasi pada eliminasi penghambat perdagangan dan pembentukan kemudahan mobilisasi barang, jasa, modal, dan manusia.
Terakhir, adanya kohesi regional. Hal ini merupakan kemungkinan yang dapat terjadi apabila keempat kategori sebelumnya bisa terpenuhi. Kohesi memiliki dua arti. Pertama, ketika suatu kawasan memainkan peran penting dalam hubungannya dengan negara atau dengan aktor lain. Kedua, ketika suatu kawasan membentuk basis yang terorganisasi untuk mengambil kebijakan dalam setiap isu.
Berdasarkan proses dalam politik global, Hurrell menganalisis regionalisme berdasarkan level atau tingkat interaksinya, yaitu secara sistemik, regionalisme dan interdependensi pada tingkat regional, dan teori pada level domestik. Untuk menganalisis interaksi dalam ketiga level sitem tersebut, digunakan dua teori, yaitu teori neo-realisme dan teori interdependensi struktural dan globalisasi. Teori neo-realisme menekankan pada anarkisme sistem internasional dan kompetisi power serta politik dalam mencapai kepentingan. Berdasarkan perspektif ini, organisasi regional dipandang melalui kacamata politis sebagai upaya untuk membentuk aliansi bersama untuk merespon tantangan eksternal. Oleh karena penekanan perspektif ini pada politik dan power, maka hegemoni menjadi penting.[6]
Sedangkan teori interdependensi struktural dan globalisasi memandang bahwa perubahan karakter dari sebuah sistem merupakan dampak dari perubahan ekonomi dan teknologi, sekaligus globalisasi. Jadi, perspektif ini menekankan pada perubahan sistem yang menyebabkan meningkatnya interdependensi antar negara sehingga regionalisme perlu dibentuk untuk mendapatkan kepentingan yang diinginkan. Selain itu, globalisasi ekonomi dan teknologi juga merupakan katalis bagi terciptanya regionalisme.
Pada tingkat regional, digunakan analisis menggunakan teori neo-fungsionalisme, neo-liberal institusionalisme, dan konstruktivisme. Kedua teori pertama melihat regionalisme sebagai respon fungsional yang dilakukan oleh negara untuk menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh adanya interdependensi regional dan menekankan pada peran strategis institusi regional dalam mengembangkan kepaduan regional. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan pada hubungan antara saling ketergantungan material dan pemahaman bersama atas identitas dan komunitas dari suatu bentuk regionalisme itu sendiri.
Makalah ini menggunakan konsep regionalisme dikarenakan makalah ini hendak melihat bagaimana hubungan internal Amerika Latin dalam aspek ekonomi yang dalam hal ini difokuskan pada organisasi regional, ALBA, Aliansi Pasifik, dan Komunitas Andean.
b. Konsep Integrasi
Dalam studi hubungan internasional, terdapat sebuah konsep derajat integrasi kerjasama regional atau lebih sering dikenal dengan the depth of integration. Kupchan mendefinisikan the depth of intergration sebagai ‘sejauh mana negara mengidentifikasikan dirinya ke dalam kerjasama regional’[7]
Derajat kedalam integrasi regional itu sendiri terbagi menjadi 5 bentuk, antara lain, Free Trade Area, Custom Union, Common Market, Economic Union, dan Monetary Union. Dari kelima derajat tersebut yang paling mempunyai aspek yang sangat jauh adalah monetary union. Maksudnya, ketika kerajasama regional tersebut mentransformasikan dirinya dengan berubah menjadi monetary union, implementasinya adalah negara-negara anggota harus menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada organisasi tersebut.
Salah satu dan mungkin satu-satunya kerjasama regional yang mencapai monetary union adalah Uni Eropa. Hal ini, tampak dari adanya mata uang tunggal, yaitu Euro yang dipakai oleh negara-negara anggotanya dalam bertransaksi ekonomi. Uni Eropa adalah bentuk kerjasama regional yang supranasional. Dia lembaga tertinggi di atas negara-negara anggotanya. Beberapa karateristik dari kerjasama yang berderajat monetary union adalah mudahnya masyarakat berlalu lintas ke negara-negara anggota hanya dengan menggunakan satu visa maupun paspor, yaitu Uni Eropa. Interdependensi antar negara anggotanya sangat kuat.
Ernst Haas, mungkin ilmuwan integrasi paling terkemuka saat ini, mendefinisikan integrasi sebagai berikut, “Proses di mana aktor politik di beberapa negara yang berbeda diyakinkan untuk mengalihkan loyalitas, harapan dan aktivitas politik mereka ke suatu pusat baru, di mana sebuah institusi memiliki atau menuntut yurisdiksi atas negara-negara nasional yang sudah ada sebelumnya. Hasil akhir dari proses integrasi politik adalah sebuah komunitas politik baru, ditumpangkan di atas yang sudah ada sebelumnya. (Haas 1968, 16).
Integrasi merupakan sebuah proses di mana negara-negara terlibat dalam kerjasama dengan negara-negara lain, yang akan membawa mereka sepanjang waktu untuk selalu bersama-sama. Atau seperti apa yang telah diformulasikan oleh penemu European Economic Community (EEC) dalam Treaty of Rome yaitu, “untuk meletakkan fondasi persatuan yang semakin dekat di antara orang-orang Eropa.
Tidak hanya dalam bidang politik, integrasi juga terdapat dalam beberapa bidang, seperti ekonomi, keamanan, dan lingkungan. Lebih lanjut lagi, ketika negara-negara melakukan kerjasana dalam bidang ekonomi dan menghilangkan kebijakan tariff, mereka membuat kesempatan juga bagi aktor pada sektor privat untuk menginisiasi kerjasama atau aktivitas yang melewati batas nasional.
Kerjasama ekonomi antar negara dibagi menjadi 3 tingkat. Coordination merupakan tingkat terendah, yang biasanya melibatkan penyelarasan dari kebijakan nasional dan investasi pada sektor ekonomi tertentu. Harmonisation merupakan tingkat yang lebih tinggi, dan biasanya melibatkan harmonisasi dari legislasi nasional atau legislasi umum. Integration merupakan tingkat tertinggi dari kerjasama ekonomi. Di pasar yang terintegrasi secara regional, beberapa kekuatan pengambilan keputusan tradisional negara-negara bangsa telah diserahkan ke tingkat regional, dan peraturan dan keputusan regional menggantikan peraturan nasional. [8]
Hubungan Internal Amerika Latin: Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra America (ALBA), Pacific Alliance, dan The Andean Community
Regionalisme sedang menjadi tren di dunia saat ini. Di seluruh dunia, di berbagai kawasan, dibentuk organisasi-organisasi kerjasama regional yang menyatukan negara-negara di kawasan tersebut khususnya dalam hubungan ekonomi. Regionalisme di kawasan Amerika Latin mulai berkembang terutama pada tahun 1980-an bersamaan dengan munculnya gelombang baru regionalisme atau yang disebut “new regionalism”. Integrasi regional di Amerika Latin sendiri muncul kembali disebabkan adanya kebangkitan dari regionalisme yang muncul sebagai format alternatif dari liberalisasi perdagangan. Selain itu, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi negara-negara lain yang telah bergabung dengan organisasi regional, negara-negara di Amerika Latin berusaha membuka diri dan menggati fokus perekonomian negara dari substitusi impor menjadi model perdagangan yang terbuka.
AS mencanangkan Free Trade Area of the Americas (FTAA) sebagai hemispheric economic integration yang gagal merebut hati negara-negara Amerika Latin dan kandas di tahun 2005. Dengan gagalnya FTAA, regionalisme di Amerika Latin, terlepas dari dependensi mereka terhadap AS, terbentuk oleh negara-negara Amerika Latin sendiri yang ditandai dengan munculnya regionalisme besar seperti Komunitas Andean (CAN) dan MERCOSUR di akhir abad ke-20 atau regionalisme yang memiliki prinsip kontrahegemonik seperti ALBA.
Meningkatnya regionalisme baru di kawasan Amerika Latin tidak terlepas dari pengaruh pihak eksternal terutama Amerika Serikat. Perubahan dalam politik luar negeri Amerika Serikat mempengaruhi regionalisme di Amerika Latin dikarenakan posisi Amerika Serikat sebagai hegemon baik di regional Amerika maupun dalam lingkup global. AS mengubah politik luar negeri tradisional yang dianutnya dan mengadopsi tiga jalur kebijakan politik dan komersial yaitu kombinasi strategis dan pragmatis dari multilateralisme, regionalisme dan unilateralisme. Hal inilah yang mendorong masuknya liberalisme ke wilayah Amerika Latin dan menimbulkan kesadaran regional negara-negara dalam wilayah tersebut.
Meskipun belum bisa dikatakan sepenuhnya terintegrasi dalam sebuah sistem regional, namun, proses regionalisasi sebagai salah satu karakteristik regionalisme sudah mulai terlihat pada hubungan internal Amerika Latin yang sedang berusaha mengintegrasikan dalam sistem internsional. Meskipun banyak hambatan dari segi ideologi, kepentingan nasional yang berbeda, bahkan ideosinkretik pemimpin yang beragam, namun proses integrasi sudah mulai pada tahap Free Trade Area, Common Market, dll.
Melalui integrasi regional ini, suatu negara dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk negaranya dalam menghadapi berbagai bentuk dampak, rintangan maupun keuntungan dalam perdagangan internasional. Selain ekspor impor, hasil lain yang diperoleh dari integrasi regional ekonomi ini adalah cara untuk mengatasi permasalahan bidang eknomi maupun politik suatu negara. Integrasi regional terdiri atas kerja sama bilateral dan multilateral. Kerjasama ini bisa terlihat seperti yang terjadi pada negara-negara Amerika Latin yang berusaha mengintegrasikan dirinya dalam sebuah wadah organisasi regional.
Dalam regional Amerika Latin terdapat beberapa organisasi regional dalam bidang ekonomi yang dibentuk sebagai respon atas globalisasi dan perdagangan bebas yang telah dilakukan oleh negara-negara maju. Organisasi-organisasi regional tersebut juga diharapkan dapat mendorong integrasi di kawasan Amerika Latin itu sendiri. Salah satunya Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra America (ALBA), Pacific Alliance (Aliansi Pasifik), dan The Andean Community (Komunitas Andean).
Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra America (ALBA)
Sistem neoliberalisme yang membawa keterpurukan bagi rakyat Amerika Latin. Hugo Chaves yang merupakan presiden dari Venezuela merupakan salah satu pemimpin yang mengeluarkan kebijakan yang menentang AS bersama dengan pemimpin anti AS lainnya seperti Fidel Castro dari Kuba dan Evo Morales dari Bolivia, mereka berintegrasi dalam melakukan perlawanan menghadapi hegemoni AS di kawasannya. Perlawanan terhadap neoliberalisme AS ini kemudian dibentuk dengan mendirikan kerjasama regional yang difokuskan dalam bidang ekonomi yang terlepas dari campur tangan AS.[9] Alternativa Bolivariana Para Las Americas / Bolivarian Alternative for Latin Americas and the Caribbean (ALBA) merupakan kerjasama ekonomi di kawasan Amerika Latin. Integrasi ekonomi ini dibangun sebagai bentuk boikot terhadap FTAA yang didominasi oleh AS. Jika FTAA dan lainnya berorientasi untuk kepentingan modal internasional dan mengejar liberalisasi mutlak dari perdagangan barang, jasa, dan investasi, ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial.
Bolivarian Alternative for Latin America and the Caribbean (ALBA) merupakan blok regional yang dibentuk untuk melanjutkan kembali gagasan Simon Bolivar untuk membuat konfederasi Amerika Latin yang merdeka dari Spanyol. ALBA ini digagas oleh pemimpin-pemimpin Amerika Latin dalam menghadapi neoliberalime Amerika Serikat yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Pembentukan ALBA sebagai blok dalam menghadapi neoliberalisme Amerika Serikat ini didasarkan solidaritas, kerjasama yang saling menguntungkan tanpa adanya dominasi, tidak ada persaingan, dan berlandaskan pada kesejahteraan rakyat, serta pengelolahan dan pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia.[10]
Pada bulan Januari 2008 di ALBA Summit, Kementerian Luar negeri Venezuela mengatakan bahwa inisiatif utama ALBA adalah sebagai berikut, melawan kemiskinan dan pengucilan social, rencana bersama untuk ketahan pangan, pengembangan hasil bumi untuk produksi bersama, portofolio investasi terpadu, pertukaran akademik dan budaya, kerjasama pariwisata dalam pengembangan sumber daya manusia dan transportasi, pelestarian lingkungan, perdagangan intra regional, serta pencegahan dan penanganan bencana alam[11]
Secara garis besar, tujuan ALBA di proyeksikan dalam berbagai isu meliputi; minyak dan energi, komunikasi dan transportasi, Militer, Utang Luar Negeri, Ekonomi dan Keuangan, Industri, Sumber daya Alam, kedaulatan pangan, pendidikan pengembangan ilmiah dan teknologi, media massa, kesehatan, jender, migrasi dan identitas, gerakan adat dan budaya, gerakan buruh, dan partisipasi internasional. Negara-negara ALBA sepakat untuk mengkoordinasikan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat antara pemerintah dan negara-negara lain serta dengan organisasi internasional, dalam rangka mencapai keadilan sosial sebagai persyaratan mendasar untuk meberantas kemiskinan dan berkonstribusi pada penanggulangan kelaparan.
ALBA (Bolivarian Alternative for Latin Americasn and Caribbean) merupakan kerjasama regional yang dibentuk oleh beberapa negara di Kawasan Amerika Latin dan Karibia dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin. ALBA memiliki prinsip dasar yang diantaranya adalah, saling melengkapi (tidak berkompetisi), solidaritas (tidak dominasi), kerja bersama (tidak eksploitasi) dan penghormatan kedaulatan rakyat (menggantikan kekuasaan korporasi) bagi kemajuan produktif suatu negara, khususnya negarra miskin. ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial. Tujuan ALBA adalah membangun masa depan Amerika Latin yang sejahtera, menghancurkan ketidaksetaraan sosial dan menjadikan wilayah ini sebagai kekuatan yang mampu menjalankan model perekonomian sendiri di tengah globalisasi, melalui strategi ekonomi, politik, sosial budaya yang ada di kawasan Amerika Latin.
Dalam strateginya menghadapi hegemoni AS di Amerika Latin, ALBA membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip dasar ALBA, dan dengan memperkenalkan ALBA sebagai organisasi yang bertujuan dalam mengatasi ketimpangan dalam masyarakat dengan memberikan bantuan khususnya secara materil pada negara-negara yang ingin melepaskan diri dari hegemoni AS. Selain itu ALBA juga membentuk alternatif dalam memberikan bantuan kepada negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya.[12]
Pacific Alliance
Aliansi Pasifik adalah sebuah inisiatif integrasi kawasan Amerika Tengah dan Selatan, beranggotakan Chile, Kolombia, Meksiko, dan Peru, yang didirikan pada 28 April 2011. Tujuan organisasi regional ini adalah untuk mendorong terwujudnya pergerakan bebas di sektor barang dan jasa, serta sumber daya alam dan sumber daya manusia. Aliansi Pasifik juga dimaksudkan untuk mendorong perumbuhan ekonomi, pembangunan, dan daya saing para anggotanya. Di samping itu, organisasi ini juga menjadi wadah artikulasi politik negara-negara anggotanya ke dunia, dengan penekanan ke wilayah Asia Pasifik. [13]
Aliansi ini ditantangani oleh pemerintah Kolombia, Chile, Peru, dan Meksiko, pada hari Rabu, 27 April 2011. Mereka bersepakat untuk membangun integrasi di dalam perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Perjanjian ini, sering disebut perjanjian “Lima”–karena berlangsung di kota Lima, Peru, ditandangani oleh Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, Presiden Peru Alan Garcia, Presiden Chile Sebastian Pinera, dan Presiden Meksiko Felipe Calderon.
Dalam sebuah dokumen perjanjian disebutkan bahwa negara-negara ingin membangun integrasi regional pasifik di dalam Amerika Latin, yang terdiri dari negara-negara yang berada di samudera pasifik. Proposal itu juga berisikan ide yang menginginkan secara cepat adanya pergerakan barang, jasa, modal, dan orang tanpa terkendali.
Langkah pertama akan memfasilitasi adanya migrasi penduduk, termasuk juga nantinya kerjasama kepolisian, perdagangan, dan integrasi. Setiap isu akan digarap oleh sebuah tim teknis dan setiap proses terdiri draft kerangka perjanjian yang didasarkan pada “perjanjian perdagangan bebas” diantara negara-negara ini dengan Amerika Serikat. Kerangka perjanjian lanjutan dibahas dalam pertemuan lanjutan di Meksiko pada Desember 2011, dan pararel dengan itu, proses interkoneksi listrik dan proyek fisik akan segera dipromosikan. [14]
Keempat anggota telah bergerak dengan cepat. Mereka menandatangani sebuah kesepakatan pada tahun 2013 untuk menghapuskan tarif pada 92% perdagangan barang dagangan, dan sisanya akan dibebaskan pada tahun 2020. Mereka telah membatalkan persyaratan visa turis untuk warga masing-masing, dan telah membuka beberapa kedutaan besar yang berkepentingan di luar negeri. Stok saham Chili, Kolombia dan Peru sepakat untuk bergabung di bursa regional yang disebut MILA, dimana bursa Meksiko bergabung pada bulan Januari.[15] Pertimbangan pada perkembangan terakhir, Presiden Pacific Alliance Chili, Kolombia, Meksiko, dan Peru bertemu awal bulan ini di Puerto Varas, Chili. Mereka menggandakan pemberlakuan kesepakatan liberalisasi perdagangan Mei lalu yang menghapus tarif 92% barang dagangan yang diperdagangkan antar negara anggota.[16]
The Andean Community
Komunitas Andean (pembentukannya dikenal sebagai Pakta Andean) bisa didefinisikan sebagai organisasi sub-regional, dengan status legal internasional, dibentuk pada 1969 berkat keberadaan dari perjanjian Cartagena. Komunitas Andean terdiri dari empat negara anggota, yaitu Bolivia, Kolombia, Ekudador, dan Peru. Chile, Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay adalah anggota asosiasi sedangkan Panama, Meksiko, dan Spanyol adalah negara pengamat. Isu-isu yang terdapat dalam Komunitas Andean, yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa, serikat adat, sirkulasi masuk-keluar masyarakat antarnegara anggota, pasar umum, kebijakan luar negeri umum, pembangunan dan pengembangan perbatasan, kegiatan sosial, pembangunan berkelanjutan, serta kebijakan-kebijakan ekonomi.
Komunitas Andean (CAN) memiliki beberapa tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian Cartagena (CA). Tertulis dalam Perjanjian Cartagena artikel 1 bahwa Komunitas Andean didirikan untuk mempromosikan pembangunan yang seimbang dan harmonis bagi setip negara anggota di bawah ketentuan-ketentuan yang adil terhadap integrasi dan korporasi ekonomi dan sosial. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengakselerasi pertumbuhan dan ketenagakerjaan mereka. Kemudian, tujuan terakhir adalah untuk memfasilitasi negara anggota untuk berparisipasi dalam proses integrasi regional, dengan pandangan untuk pembentukan bertahap Pasar Bebas Amerika Latin. Perjanjian Cartagena memiliki beragam mekanisme untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Misalnya adalah program liberalisasi perdagangan yang bertujuan untuk Penghapusan secara bertahap atas pungutan dan pembatasan yang diterapkan oleh Negara Anggota manapun yang mempengaruhi impor produk yang berasal dari wilayah Negara Anggota lainnya.[17]
Terdapat beberapa badan atau lembaga sistem integrasi Andean yang diklasifikasikan berdasarkan tugas dan fungsi utama sebagai berikut:
a) Satu Lembaga politik (lembaga tertinggi dalam perjanjian); Dewan Presiden Andean
b) Lembaga yang bertugas terhadap kompetensi normative: Dewan menteri-menteri Andean (CAMRE) dan Komisi Komunitas Andean
c) Sebuah lembaga eksekutif: Sekretaris Umum Komunitas Andean (SGCA)
d) Sebuah badan yudisial: pengadilan umum Komunitas Andean
e) Lembaga deliberatif: Parlemen Andean
f) Empat lembaga penasihat: Dewan Bisnis, Tenaga Kerja, Otoritas Kotamadya, dan Dewan Penasihat Masyarakat Adat
g) Dua lembaga finansial: Lembaga Pembangunan Andean, dan Latin America Reserve Fund
h) Satu institusi Pendidikan: Universitas Simon Bolivar
i) Serta badan penasihat lainnya dalam bidang-bidang spesifik: Dewan dan Komite yang didirikan oleh komisi dan perjanjian spesial tertentu.
Komunitas Andean, sebuah organisasi independen yang negara-negara anggotanya memiliki tujuan untuk mengonsolidasikan dirinya dengan pasar bersama (common market) yang tidak hanya bebas dalam perpindahan barang, jasa, orang, dan modal melainkan juga peraturan yang diterapkan untuk semua penduduk dalam sub-regional dijamin oleh sistem legal yang mencakup semuanya dan terintegrasi dengan sistem legal yang diterapkan setiap negara anggota. Hal ini juga ditekankan dalam TJCA dalam Case 19-Al-99. Salah satu mekanisme untuk mencapainya adalah melalui implementasi program liberalisasi perdagangan yang bertujuan untuk mengurangi semua pungutan dan pembatasan dalam impor-ekspor produksi yang berasal dari teritori semua negara anggota.[18]
Kesimpulan
Dengan memusatkan perhatian kita pada konsep integrasi sebagaimana sebagiannya diusahakan diberikan penjelasan dengan cara menganalisis saling ketergantungan (interpedensi) dalam aspek ekonomi-politik dan ini dikaitankan dengan kecendrungan dari negara-negara untuk mengelompokan diri kedalam pola regional. Pola regionalisme didasarkan pada pengelompokan pada kekuatan ekonomi (perdagangan) dan pada gilirannya akan terbentuk didalam perlembagaan regionalisme. Dalam kasus ini adanya pola interaksi dan hubungan antarenegara Amerika Latin menciptakan terbentuknya lembaga regional.
Liberalisasi perdagangan di kawasan Amerika Latin merupakan pilihan yang rasional di era globalisasi yang memungkinkan negara-negara berkembang di wilayah tersebut meningkatkan perekonomiannya. Negara-negara di Amerika Latin rata-rata merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam minyak dan agrikultur namun karena harga yang tinggi menyebabkan tidak terlalu kompetitif dalam perdagangan. Untuk memfasilitasi perdagangan tersebur, organisasi-organisasi seperti ALBA, Andean Community dan Pacific Alliance dibentuk. Dalam organisasi-organisasi regional tersebut hambatan dalam perdagangan internasional dapat diminimalisir bahkan dihilangkan sehingga perdagangan negara-negara yang tergabung dapat meningkat. Akhirnya, interdependensi antar negara yang tergabung dalam organisasi regional merupakan suatu hal yang tak terhindarkan namun dapat membantu negara-negara anggotanya untuk dapat tetap bersaing dalam tingkatan global.
*Saya meniadakan informasi referensi untuk menghindari plagiasi*
0 comments:
Posting Komentar