Rabu, 15 Maret 2017

Mahasiswa Magang di KBRI Laos


Aku seringkali mendengar nama Laos sejak belajar tentang negara-negara di ASEAN. Tidak ada sedikit pun bayangan untuk pergi ke Laos, apalagi tinggal selama 1 bulan. Ya, Aku memutuskan untuk Magang di KBRI untuk Laos yang bertempat di Vientiane selama 1 bulan. Aku akan menceritakan pengalamanku magang di KBRI Laos karena banyak pertanyaan mengenai ini, kalau kalian yang memiliki keinginan magang di luar negeri, Yuk simak ceritaku! 😄

Mengapa Vientiane? 

Sebenarnya aku dan 2 temanku, Bella dan Dina, memiliki beberapa alternatif negara yang akan kami pilih sebagai tempat kami melakukan magang. Namun, setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya kami memutuskan untuk magang di KBRI Laos. Pertimbangan pertama tentu karena biaya. Melakukan perjalanan untuk magang, termasuk biaya hidup selama magang tidak akan dibantu oleh Kampus atau dengan kata lain, mahasiswa magang harus menanggung sendiri. Dari berbagai KBRI yang kami hubungi, hanya KBRI Laos yang bersedia menyediakan tempat tinggal dan sarapan. Bahkan selama magang aku, Bella, dan Dina hampir setiap hari ditraktir makan siang oleh staff-staff KBRI yang semuanya baik hati. Jadi, kami bertiga hanya mengeluarkan biaya untuk makan malam saja. Itu pun kami tidak perlu pusing membeli makan karena kami disediakan dapur dengan alat masak lengkap, jadi kami hanya perlu menyediakan bahan pokok saja seperti, beras, mie, telor, dll.  Aku bersyukur bisa banyak berhemat di sini mengingat harga makanan paling murah sekitar 35,000 atau Rp61,000, lumayan menguras kantong kan? Apalagi makanan di sini sangat jarang makanan halal, jadi kami selalu diajak mengunjungi restoran halal atau paling tidak diketahui siapa pemiliknya agar lebih aman :)

Pertimbangan kedua, tentunya pengalaman. Aku berkeinginan untuk mengetahui dan melaksanakan langsung bagaimana Indonesia "mempromosikan diri" di sebuah negara yang masuk dalam kategori Least Developed Country. Ternyata sampai minggu pertama aku menjadi mahasiswa magang di Laos, aku menemukan beberapa hal yang patut di tiru Indonesia, salah satunya tentang Eco-Tourism-nya. Pertimbangan selanjutnya adalah akses menuju tempat-tempat wisata. Tidak dapat dipungkiri bahwa Laos banyak memiliki tempat wisata yang indah, apalagi Vientiane berbatasan langsung dengan Thailand dan hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan mobil jika ingin ke Thailand. Tidak heran jika setiap sabtu dan minggu kami selalu bepergian ke beberapa tempat wisata yang menarik :) Aku akan sharing mengenai lokasi wisata yang aku kunjungi selama di Laos pada judul blog yang berbeda yaaaa :)))

Bagaimana persiapan untuk Magang? 

Proses yang paling menentukan adalah lokasi magang. Terdapat beberapa pertimbangan, dari mulai, biaya, pengalaman yang didapat, akses transportasi telekomunikasi, dan keamanan. Selain itu yang penting adalah dengan siapa aku akan magang selama 1 bulan. Menurut saya, hidup 1 bulan di negara orang dengan orang yang tidak menyenangkan akan sangat menyiksa. Jika ingin bepergian jauh dan lama, pastikan kita bersama dengan orang yang tepat 😆
Awal semester 5 sekitar bulan september, Aku dan Bella sudah merencanakan ini jauh hari, bahwa kita akan magang di luar negeri. Aku dan Bella mengajak beberapa teman, namun hanya Dina yang bersedia. Selebihnya ada yang magang di Instansi yang ada di Jakarta atau di Luar Negeri. 

Setelah dapat kepastian jumlah peserta magang, kami bertiga kemudian melakukan persiapan. Kami bertiga membuat timeline pendaftaran dan timeline pengumpulan dana. Timeline pendaftaran dilakukan dengan menghitung deadline pendaftaran, pengumpulan berkas, sampai dengan administrasi tiket, dsb. Hal ini penting mengingat kami ingin magang pada Januari-Februari selama libur kuliah dan harus mendaftar pada bulan November sebelumnya. Jadi, kami ingin memastikan kami tidak telat mengumpulkan berkas dan administrasi lainnya, 
FYI, setiap KBRI memiliki kebijakan yang berbeda terhadap mahasiswa magang. Misalnya, di KBRI London hanya menerima mahasiswa magang yang memang sedang kuliah di Inggris saja. Perbedaan ini termasuk jumlah mahasiswa magang yang diterima. Misalnya, KBRI Bangkok menerima 15 mahasiswa magang setiap terminnya, dan beruntung KBRI Laos bisa menerima 3 mahasiswa magang. Kebijakan ini bisa saja berganti ya teman-teman, hal ini tergantung dari kebijakan Duta Besar yang sedang bertugas. Selain itu, berkas pendaftarannya pun berbeda-beda. KBRI Laos mengharuskan mahasiswa yang hendak mendaftar untuk mengirimkan CV, Transkip IPK, dan Copy Paspor. Kemudian berkas ini dikirimkan melalui E-Mail resmi KBRI.
Selanjutnya, kami membuat perencanaan keuangan bersama untuk tiket keberangkatan karena kami merasa tidak enak untuk meminta kepada orang tua meskipun pada akhirnya tetap dibantu orang tua 😅
Tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Vientiane, selain itu jadwal penerbangan terhitung sedikit, bahkan bisa 1-2 saja dalam satu hari. Jika kita membeli tiket CGK - VTE, harga tiket termurah dalah Rp2,500,000 untuk sekali jalan dan harus transit pula di Kuala Lumpur. Menurut kami itu sangat mahal. Maka dari itu, kami menyiasatinya dengan membeli tiket secara terpisah. 
Kami membeli tiket CGK - KUL dengan harga Rp350,000, penerbangan dini hari dan membeli tiket KUL - VTE dengan harga Rp800,000 penerbangan dini hari di hari berikutnya. Penerbangan pulang kami siasati dengan membeli tiket penerbangan dari DMK-CGK atau dari Bangkok ke Jakarta, kami dapat harga sekitar Rp700,000. Kami mengira untuk sampai Bangkok, kami bisa menggunakan transportasi darat dari Udon Thani (Kota yang berbatasan langsung dengan Vientiane), ternyata ada penerbangan dari Udon Thani menuju Bangkok hanya Rp200,000, menurutku harganya murah karena jarak penerbangannya sama dengan perjalanan Jakarta-Solo. Apalagi full service, jadi kami menghemat anggaran tiket pesawat sekaligus bisa berkeliling Kuala Lumpur, Udon Thani, dan Bangkok hehe

Ngapain aja selama magang? 

Banyak yang menyangka bahwa menjadi anak magang cuma disuruh foto copy atau nulis-nulis administrasi, atau bisa dibilang 'pembantu' yang mengerjakan pekerjaan pegawai. Tapi aku tidak pernah merasakan itu selama magang, kami tidak diperbolehkan mengerjakan tugas Home Staff atau Local Staff. Kami diberikan tugas khusus yang disesuaikan dengan posisi kami masing-masing. Kami setiap minggu berpindah fungsi, dari mulai fungsi ekonomi, fungsi konsuler, fungsi politik, dan fungsi sosial budaya. Misalnya, jika aku sedang bertugas sebagai pegawai magang di fungsi sosial buadaya, aku ikut ke beberapa kegiatan seperti menemani kunjungan-kunjungan kerjasama instansi dari Indonesia ke Laos kemudian aku membuat laporan. Sehari-hari, kami harus membuat laporan yang berisikan berita terkini yang terdapat dalam media masa. Media masa yang kami laporkan biasanya dari Vientiane Times. Tugas akhir yang diberikan oleh Duta Besar adalah Makalah Ilmiah tentang isu menarik yang ada di Laos lalu dipresentasikan di depan semua staff KBRI. 

Selama menjadi mahasiswa magang, Aku, Bella dan Dina banyak dibantu oleh Bapak dan Ibu Dubes serta staff-staff lainnya. Aku tidak heran melihat kehangatan yang tercipta di lingkungan KBRI Laos melihat Bapak dan Ibu Dubes yang sangat perhatian dan hangat kepada seluruh satff dan keluarganya, bahkan kepada anak magang seperti kami. Aku berterima kasih karena telah memberikan kesempatan untuk belajar banyak tentang dunia diplomatik. 

Search Results

Web results




0 comments:

Posting Komentar