Kamis, 01 Juni 2017

Diplomasi : Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Serbia 2017



Pembukaan Hubungan Indonesia dengan Serbia
            Hubungan diplomatik dan kerja sama bilateral RI-Serbia yang telah berlangsung sejak 1954 terus menunjukkan perkembangan yang positif. Dalam berbagai kesempatan, RI dan Serbia terus berupaya mewujudkan komitmen peningkatan hubungan bilateral kedua negara melalui realisasi kerja sama yang konkret. Hubungan bilateral RI dan Serbia berjalan baik dan bernilai sejarah mengingat kedua negara merupakan pendiri dari Gerakan Non Blok. Pemimpin kedua negara yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Josef Broz Tito memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab. Kedekatan tersebut ditunjukkan dengan kunjungan Presiden Soekarno untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok tahun 1961 di Beograd.
                       
Perkembangan Hubungan Indonesia dengan Serbia
a.     Bidang Politik
Setelah pembubaran Yugoslavia, diikuti oleh Perang Bosnia 1992-1995, hubungan Bilateral menyentuh titik level paling bawah sejak Indonesia sebagai negara Muslim terbesar mengutuk kriminalisasi pemusnahan etnis berdasarkan ras dan agama menentang Muslim Bosnia yang dilakukan oleh masyarakat Serbia.
Hubungan bilateral kembali normal pada tahun 2000-an. Pada 2008, Indoensia mendukung integritas nasional Serbia dengan tidak mengakui kemerdekaan Kosovo dari Serbia. Namun, Indonesia mendorong Serbia untuk selalu melakukan cara-cara damai dalam setiap konflik dan melakukan dialog dalam menyelesaikan konflik dan masalah separatisme di Kosovo.
Dalam pertemuan Dubes RI dengan Menlu Serbia, Ivan Mrkic, pada tanggal 13 Maret 2014, dibahas berbagai capaian hubungan bilateral kedua negara, sekaligus menegaskan kembali komitmen untuk mendorong peningkatan kerja sama kontak antar masyarakat dan kalangan pengusaha. Serbia juga telah memberikan dukungan nyata terhadap pencalonan Indonesia di berbagai organisasi internasional antara lain sebagai anggota Dewan HAM periode 2015- 2017, dan anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Mantan Menlu RI, Hassan Wirrajuda, dalam posisinya sebagai eminent member of CISED-Center of International Relations and Sustainable Development, juga berkunjung ke Belgrade pada tanggal 29 Mei-2 Juni 2014, dalam rangka menghadiri the 2nd CIRSD Conference di Belgrade.
Dalam kunjungan ini, mantan Menlu RI, Hassan Wirrajuda, juga berkesempatan untuk memberikan public lectures di salah satu lembaga think tank terkemuka di Belgrade, Institute of Politics and Economy, pada tanggal 1 Juni 2014, bertemakan Indonesia Raising. Sementara itu, sebagai upaya implementasi MoU Kerja Sama bidang Pertahanan RI-Serbia, dalam pertemuan Dubes RI-Belgrade dengan Menhan Serbia, Bratislav Gasic, pada tanggal 31 Oktober 2014, telah disampaikan sejumlah peluang kerja sama seperti kerja sama intelijen dan kerja sama kesehatan militer.

b.     Bidang Ekonomi
Dalam bidang perdagangan, nilai dagang Indonesia-Serbia pada 2004 sebesar US$15 Juta dan meningkat sampai dengan US$50 Juta pada 2008.   Pada 2012, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Serbia terhitung sebesar US$40.9 Juta. Neraca perdagangan condong ke Indonesia, dengan US$ 33.9 Juta Indonesia ekspor ke Serbia, sedangkan ekspor dari Serbia sebesar US$7 Juta. Eskpor Indonesia ke Serbia termasuk komoditi tekstil dan produk agrikultur, sedangkan Ekspor Serbia ke Indonesia termasuk Mesin, Bahan Kimia, dan Alat-alat Kesehatan.
Trend peningkatan angka perdagangan bilateral RI-Serbia yang cukup signifi kan terus berlanjut. Total angka perdagangan pada bulan Januari-Oktober 2014 tercatat sebesar USD 10,56 juta atau meningkat 325,80% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013, yaitu sebesar USD 2,48 juta. Hal ini menunjukkan defi sit di pihak RI sebesar USD 4,06 juta. Meski demikian, masih terdapat peluang besar untuk meningkatkan transaksi perdagangan bilateral mengingat besarnya minat pengusaha Serbia terhadap komoditas produk ekspor RI, seperti karet dan minyak sawit.

c.     Bidang Sosial Budaya
Salah satu capaian utama dalam kerja sama sosial budaya RI-Serbia di bidang sosial-budaya adalah partisipasi Indonesia sebagai country partner untuk International Fair of Tourism di Beograd 27 Februari-2 Maret 2014, yang merupakan kegiatan pameran wisata terbesar di kawasan Eropa Tenggara dan Eropa Timur. Dalam pameran yang diikuti oleh 1.100 perusahaan dari 46 negara tersebut, RI telah mempromosikan 16 tujuan wisata dan tujuh kegiatan khusus untuk wisatawan yang berlokasi di luar Bali. Selain itu, Ketua Arsip Nasional RI (ANRI) dan Tim juga telah berkunjung ke Belgrade.
Pada tanggal 18-21 September 2014 dalam rangka tindak lanjut kerja sama di bidang kearsipan dengan Arsip Yugoslavia-Republik Serbia (AJRS). Dalam kunjungan ditandatangani kesepakatan Working Plan on Archives Cooperation Period 2013-2016 yang fokus utamanya untuk mewujudkan dokumentasi sejarah Gerakan Non Blok (GNB) sebagai salah satu Memory of the World UNESCO. Rencana ini diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2016. Kolaborasi akademisi Serbia juga telah menghasilkan peluncuran buku Yugoslavia-Indonesia from 1945- 1967 yang ditulis bersama oleh Prof Ljubodrag Dimic (Guru Besar Fakultas Filosofi -Universitas Beograd), Dr. Aleksandar Rakovic (Ketua Asosiasi Nusantara) dan Mr. Miladin Milosevic (Direktur Arsip Yugoslavia).
Indonesia mencatat bahwa kerjasama bidang pendidikan menunjukkan hal yang menggembirakan. Sebagai implementasi penandatanganan MoU Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Diplomat kedua negara tahun 2003, pihak RI  telah mengundang diplomat Serbia untuk mengikuti pelatihan Diplomat Madya selama 1 (satu) bulan dan Pelatihan Bahasa Indonesia untuk Diplomat Asing  pada tahun 2010. Selain itu juga Pemri setiap tahun memberikan program beasiswa ”Darmasiswa” kepada para pelajar Serbia. Pada tahun 2007 peserta dari Serbia berjumlah 8 orang, tahun 2008 (8 orang), tahun 2009 (3 orang) serta tahun 2010 (10 orang).
Salah satu peluang kerja sama yang akan dilaksanakan oleh kedua negara dalam waktu dekat adalah penyelenggaraan interfaith dialogue pada 4-6 April 2011 di Beograd, Serbia. Dialog ini merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Menlu RI dan Menlu Serbia dalam kesempatan Non Aligned Movement Ministerial Meeting Focus on Interfaith Dialogue and Cooperation for Peace di Manila pada Maret 2010. (Sumber. Dit. Ertengtim)

Analisa Peluang dan Tantangan Hubungan antara Indonesia dan Serbia

a.     Peluang
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Pemerintah Serbia agar memperluas akses pasar produk Indonesia di negara itu. "Indonesia mengharapkan akses pasar bagi produk-produk kita dapat diperluas," kata Presiden Jokowi saat melakukan pernyataan pers bersama Presiden Serbia Tomislav Nikoli yang berkunjung ke Istana Merdeka Jakarta, Rabu.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa tren perdagangan kedua negara meningkat secara signifikan yakni 85 persen dalam lima tahun terakhir. Oleh karena itu, Indonesia ingin agar hambatan tarif dan nontarif juga diharapkan dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan. "Investasi Indonesia terus menunjukkan peningkatan di Serbia terutama investasi produk makanan. Dan Presiden Serbia telah menyampaikan dukungannya terhadap investasi Indonesia di Serbia," katanya.
Presiden Jokowi mengatakan kunjungan Presiden Serbia merupakan kehormatan tersendiri bagi Indonesia karena merupakan kunjungan pertama seorang kepala negara Serbia ke Indonesia setelah 58 tahun. Menurut dia, Indonesia dan Serbia mempunyai ikatan sejarah yang kuat karena kedua negara mempunyai peran yang sangat penting bagi cikal bakal lahirnya gerakan Nonblok. "Hari ini kita tadi membahas peningkatan kerja sama yang konkret kerja sama yang nyata yang dapat dikembangkan oleh kedua negara," katanya. 

*Saya meniadakan referensi guna menghindari plagiarisme*

0 comments:

Posting Komentar