Desa Penyamun menjadi rumah saya selama masa pengabdian. Sebelum sampai di sana, saya sempat khawatir dengan penamaan desa yang menurut kebanyakan orang cukup unik dan sedikit menakutkan. Bahkan tak jarang orang yang memberikan peringatan ketika tahu nama desa tempat saya mengabdi. Tetapi, istilah Penyamun tidak merepresentasikan kondisi dan situasi masyarakat desa, melainkan hanya penamaan berdasarkan sejarah desa saja. Pada faktanya, masyarakat Desa Penyamun memiliki keramahan, kebaikan, dan kerukunan yang sangat berkebalikan dengan nama desa penyamun itu sendiri. Agus Malson, Kepala Desa Penyamun, dalam sambutan selamat datangnya mengatakan, “Selamat datang di Desa Penyamun, tenang saja, disini orang-orangnya tidak sama dengan nama desanya.”
Bagi masyarakat desa, keberadaan ‘Anak KKN’ menjadi satu kebahagiaan tersendiri, apalagi kami yang berasal dari berbagai daerah dan berperilaku ‘disenangi’. Kami pun tidak sulit berbaur dengan masyarakat karena pada dasarnya mereka senang menerima kami. Sehingga, selama mengabdi kami merasakan kekeluargaan yang cukup kuat, bahkan sampai ada tetangga yang menganggap sebagian dari kami sebagai anaknya. Apalagi kebiasaan adat desa tidak berbeda jauh dengan kebiasaan di tempat tinggal saya. Misalnya, tahlilan, pengajian, gotong royong, syukuran, dan lain sebagainya. Sehingga, segala program kerja yang kami rencanakan, terlaksana dengan baik.
Saya sempat kebingungan sejak awal datang ke desa tanpa persiapan program dan tidak tahu kondisi desa. Pada malam pertama kedatangan kami, rapat perdana dimulai membahas program kerja yang sudah dirancang teman-teman delegasi Universitas Bangka Belitung (UBB) dan dosen-dosen pembimbing. Mereka merancang 31 program kerja yang disesuaikan dengan kondisi desa, kebutuhan masyarakat desa, dan permasalahan yang ada di desa. Namun, setelah didiskusikan dalam rapat perdana ini, program yang akan dilaksanakan hanya 20. Berikut program kerja kami salama pengabdian:
Tabel 7.1 Program Kegiatan Mahasiswa KKN Bersama Desa Penyamun
Program
|
Waktu
|
Penyamun Mengaji
|
3, 10, 17 Agustus 2017
|
Mahasiswa Goes to School
|
Rutin
|
Penyuluhan Kesehatan dan Cek Kesehatan Gratis
|
12 Agustus 2017
|
Sosialisasi dan Pelatihan Tata Cara Pembentukkan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
|
18 Agustus 2017
|
Pelatihan Pembuatan Kompos Cair
|
18 Agustus 2017
|
Gerakan 50 Tong Sampah
|
27 Agustus 2017
|
Mahasiswa Bersama Masyarakat
|
Rutin
|
Jum’at Ceria
|
Rutin
|
Sosialisasi dan Penyuluhan Pengendalian Penyakit pada Tanaman Lada
|
4 Agustus 2017
|
Sosialisasi Tata Kelola Alokasi Dana Desayang Tepat Sasaran untuk Pembangunan Masyarakat
|
26 Agustus 2017
|
Pembuatan Papan Nama Jalan
|
23 Agustus 2017
|
Tabligh Akbar & Manakib Bersama / dan Nganggung (Sepintu Sedulang)
|
23 Agustus 2017
|
Sosialisasi dan Pelatihan Desa Bebas Open Defecation Free (ODF)
|
25 Agustus 2017
|
Kelas Videography
|
26 Agustus 2017
|
Penyamun Bersedekah
|
20 Agustus 2017
|
Pemeliharaan Fasilitas Umum
|
Rutin
|
Gerakan Penyamun Membaca
|
24 Agustus 2017
|
Seminar Kewirausahaan "Membina Industri Kecil Berbasis Pasar"
|
19 Agustus 2017
|
BKKBN goes to Village "Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga"
|
11 Agustus 2017
|
Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN)
|
13 – 28 Agustus 2017
|
Dalam rapat ini juga dibentuk penanggungjawab setiap kegiatan yang dibagi menjadi satu atau dua orang dalam satu program. Ketika pembagian program, saya mengajukan diri menjadi penanggungjawab program penyuluhan kesehatan dan cek kesehatan gratis. Saya melihat masyarakat desa banyak yang masih tidak memperhatikan masalah kesehatan seperti sistem sanitasi yang kurang baik dan pencegahan penyakit menular. Sehingga, saya mencoba untuk memaksimalkan kegiatan ini dengan mengundang Puskesmas Kecamatan Pemali dan PW Muhammadiyyah untuk bekerjasama. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dan pengaruhnya terhadap produktivitas, serta membantu masyarakat Desa Penyamun dalam memahami pentingnya mencegah daripada mengobati.
Program ini bekerjasama dengan Pemerintah Desa Penyamun dan Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyyah Bangka Belitung yang diwakili oleh Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyyah Kabupaten Bangka. Puskesmas Kecamatan Pemali menolak untuk bekerjasama karena sedang kekurangan tenaga medis dan obat-obatan. PD Muhammadiyyah dalam hal ini menyiapkan pemateri sekaligus dokter konsultasi dan dua orang asisten yang mengurus tensi darah dan pendataan. Materi yang disampaikan pemateri berupa tips-tips hidup sehat dan konsultasi bagi pasien yang memiliki tekanan darah tidak normal (tinggi atau rendah). Acara berjalan dengan lancar meskipun waktu yang ditetapkan tidak sesuai dengan ketetapan awal. Perubahan ini dipengaruhi oleh sulitnya proses perizinan dan proses kerjasama dengan berbagai pihak.
Selain dari program ini, saya pun ikut terlibat dalam rangkaian program Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN). PHBN merupakan program tahunan desa, sebagai mahasiswa KKN, saya dan teman-teman KKN hanya sebatas panitia penyelenggara. Dalam rangkaian PPHBN ini, saya menjadi penanggungjawab pertandingan bola voli putri yang dilakukan lima hari berturut-turut. Saya sangat senang menjadi penanggungjawab dalam pertandingan ini karena saya menyukai pertandingan bola voli. Saya mengira pertandingan ini hanya untuk meramaikan saja dan masyarakatnya tidak benar-benar menguasai tekniknya. Tetapi ternyata saya salah besar, permainan bola voli seperti menjadi hobi bagi masyarakat dan pertandingan bola voli menjadi sangat seru untuk ditonton.
Selain pertandingan bola voli, masih banyak rangkaian PHBN lain, misalnya lomba tarik tambang, lomba joget, lomba baca puisi, lomba membaca Teks Proklamasi, gerak jalan santai, dan lain sebagainya. Kegiatan PHBN ditutup dengan pentas seni yang sekaligus juga menjadi farewell party bagi mahasiswa KKN Bersama Desa Penyamun. Dalam pentas seni juga kami melakukan launching produk unggulan yang kami buat sebagai wujud kerja nyata kami membangun perekonomian masyarakat desa.
Program dengan jumlah banyak yang dilakukan dalam satu bulan serta dengan persiapan yang kurang matang membuat pelaksanaan program sedikit banyak mengalami kendala. Apalagi pembagian penanggungjawab pada setiap program membuat kami semua fokus pada program yang kami lakukan saja. Meskipun kami sudah membuat struktur tetap, pada pelaksanaannya sulit untuk melakukan koordinasi satu sama lain, apalagi jika dibarengi dengan rangkaian PHBN dan piket di waktu yang bersamaan.
Pernah ada anggapan bahwa kami tidak melakukan kerjasama, melainkan sama-sama kerja. Anggapan ini timbul karena setiap penanggungjawab cendrung hanya fokus pada programnya saja dan mengesampingkan tanggungjawabnya pada struktur tetap. Hal ini membuat penanggungjawab seringkali merasa sendirian dalam menyelesaikan tanggungjawabnya. Misalnya, ada yang ditunjuk sebagai seksi acara, namun ketika acara berlangsung, mereka tidak melakukan koordinasi dan tidak mempersiapkan kelengkapan acara. Tidak ada koordinasi bisa disebabkan oleh penanggungjawab yang tidak meminta tolong atau seksi lainnya tidak bertanya.
Pernah di satu ketika, saya menjadi penanggungjawab penyuluhan kesehatan dan cek kesehatan gratis dan di saat yang bersamaan saya menjadi koordinator konsumsi. Acara ini dilaksanakan pada pagi hari, sehingga teman-teman yang lainnya masih sibuk mengurusi urusan pribadinya. Ketua kelompok sempat panik karena pasalnya dari 30 orang hanya ada 5 orang yang siap, sisanya ada yang masih tidur, ada yang mandi, pergi ke warung, bahkan banyak yang masih tidur. Meski demikian, seluruh program terlaksana dengan baik tanpa ada rasa baper (bawa perasaan)satu sama lain. Hal ini dikarenakan kami yakin, bahwa asak kawah pasti pacak. Setiap yang menyulitkan, pasti menguatkan.
Sejak awal merumuskan program kerja, saya merasa bahwa 20 program terlalu banyak. Apalagi saya dan teman-teman tidak tahu kondisi masyarakat secara mendalam dengan data yang kurang memadai. Program-program ini memang dirancang dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan desa, namun, pada kenyataannya saya dan teman-teman KKN tidak dapat melakukannya dengan maksimal. Misalnya, permasalahan utama di desa adalah masalah ODF (buang air di sembarang tempat). Permasalahan utama ini harusnya menjadi perhatian utama dan dibuat program berkelanjutan, tetapi kami hanya menyadarkan secara singkat dan membuat pelatihan bagaimana membuat jamban yang praktis dan efisien. Satu hari sebelum pelaksanaan sosialisasi ODF, kami baru mengetahui ternyata Dinas Kesehatan sudah melakukan hal ini sebelumnya. Pahadal seharusnya perbaikan jamban umum yang sudah rusak bisa diperbaiki dan diberikan pelatihan untuk perawatannya.
Kemudian, masalah pendidikan kurang diperhatikan selama KKN berlangsung. Kami tidak memiliki banyak data ketika hendak melakukan kegiatan. Termasuk dalam program pendidikan, kami tidak tahu seberapa banyak anak putus sekolah dan tidak juga membuat program khusus untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Program pendidikan yang ada hanya sebatas ‘menggantikan guru’ dengan tidak memberikan program khusus yang bertujuan mengurangi angka putus sekolah. Kemudian, program lain misalnya pelaksanaan cek kesehatan gratis, seharusnya kami memiliki data jumlah masyarakat dengan penyakit-penyakit tertentu, namun jika disurvei atau diteliti lebih lanjut, hal ini tentu akan membutuhkan waktu yang lama. Maka, secara umum kami hanya membuat program ‘seadanya’. Kami sudah berusaha se-maksimal mungkin, nyatanya kami pun tidak dapat mengukur sejauh mana dampak program yang kami jalankan bagi kemakmuran desa.
Keterbatasan dana bukan menjadi hal utama bagi kami, persiapan dan kesiapanlah yang menjadi tantangan besar bagi jalannya setiap program. Apabila ada kesempatan saya mengabdi kembali, hal yang perlu disiapkan dengan baik adalah perencanaan program yang sistematis dan dilengkapi dengan data yang mumpuni. Di kemudian hari, saya harap mahasiswa yang akan melakukan KKN dimana pun harus melakukan perencanaan dengan baik yang disesuaikan dengan kondisi desa. Jangan sampai kita datang dengan keadaan tidak tahu hendak melakukan apa dan bagaimaba hendak memulainya.
Satu hal yang saya tegaskan juga bahwa sosialisasi kemasyarakatan itu perlu. Berulang kali dalam berbagai kesempatan Pak Kades selalu mengatakan (dalam bahasa Bangka), "Mahasiswa KKN yang sekarang beda dengan yang tahun lalu. Mahasiswa KKN sekarang baik-baik, ramah dengan warga, rajin-rajin, dsb." Di satu sisi, mendengar hal itu sedikit melegakan, namun di sisi lain, saya dan teman-teman sadar bahwa kami memiliki tanggungjawab yang lebih besar. Kami bertanggungjawab menjaga nama baik KKN Bersama dan seluruh PTN yang terlibat di dalamnya. Segala gerak-gerik kami selalu dipantau masyarakat, menjadi baik saja kadang tidak cukup, maka kami sangat berhati-hati dan berusaha agar selalu menjadi lebih baik.
Kami selalu mencoba untuk bersosialisasi dengan baik kepada masyarakat. Ternyata motto itu benar, asak kawah pasti pacak, jika ada kemauan pasti bisa, man jadda wajada. Saya dan teman-teman KKN mengupulkan niat bersama memberdayakan masyarakat desa. Segala macam kendala dan kesulitan yang ada tidak sedikit pun menghalangi niat kami. Pada akhirnya, kami dapat meninggalkan kesan baik, menyisakan kenangan indah, dan memberdayakan masyarakat desa dengan dibentuknya produk unggulan desa.
Borgata Hotel Casino & Spa Announces Opening of - JTA
BalasHapusBorgata 신규 바카라 사이트 Hotel 남원 출장안마 Casino & 제주 출장안마 Spa in Atlantic 1xbet korean City will be open for business beginning Friday, May 19, 2021. The facility will have a total of 남원 출장안마 4,500 slot machines and